Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs
bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dapat
dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini
dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9.
Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini
memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa
gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan
beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara
efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks
Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian
Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks
Kedhaton saja.
Alamat: Wisata Taman Sari, Taman, Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55133
Jam Buka Taman Sari
Senin - Minggu: pukul 09.00 - 15.00 WIB
Tiket Masuk Taman Sari 2018
Rp 5.000
Masa setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi membangun
keraton sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I membangun
keraton di tengah sumbu imajiner yang membentang di antara Gunung Merapi dan
Pantai Parangtritis. Titik yang menjadi acuan pembangunan keraton adalah
sebuah umbul (mata air). Untuk menghormati jasa istri-istri Sultan karena
telah membantu selama masa peperangan, beliau memerintahkan Demak Tegis
seorang arsitek berkebangsaan Portugis dan Bupati Madiun sebagai mandor untuk
membangun sebuah istana di umbul yang terletak 500 meter selatan keraton.
Istana yang dikelilingi segaran (danau buatan) dengan wewangian dari
bunga-bunga yang sengaja ditanam di pulau buatan di sekitarnya itu sekarang
dikenal dengan nama Taman Sari.
"Dari atas Gapura Panggung ini Sultan biasa menyaksikan
tari-tarian di bawah sana. Bangunan-bangunan di sampingnya merupakan tempat
para penabuh dan di tengah-tengah biasa didirikan panggung tempat para penari
menunjukkan kepiawaian dan keluwesan mereka," terang seorang pemandu
ketika YogYES memasuki Taman Sari. Dari Gapura Panggung, pemandu membawa
YogYES masuk ke area yang dulunya hanya diperbolehkan untuk Sultan dan
keluarganya, kolam pemandian Taman Sari. Gemericik air langsung menyapa.
Airnya yang jernih berpadu apik dengan tembok-tembok krem gagah yang
mengitarinya. Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu Umbul
Kawitan (kolam untuk putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam untuk para
selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk Raja).
Sebuah periuk tempat istri-istri Sultan bercermin masih utuh berdiri
ketika YogYES memasuki menara tempat pribadi Sultan. Ornamen yang menghiasi
periuk memberi kesan glamor terhadap benda yang terletak di samping lemari
pakaian Sultan tersebut. Bisa dibayangkan, 200 tahun lalu seorang wanita
cantik menunggu air di periuk ini hingga tenang lalu dia menundukkan
kepalanya, memperbaiki riasan dan sanggulnya, memperindah raganya sembari
bercermin. Selain periuk dan kamar pribadi Sultan, di menara yang terdiri
dari tiga tingkat ini ada tangga dari kayu jati yang masih utuh terawat
sehingga memberi kesan antik bagi siapa pun yang melihatnya. Naik ke tingkat
paling atas, pantulan mentari dari kolam di bawahnya dan seluruh area Taman
Sari terlihat dengan jelas. Mungkin dahulu Sultan juga menikmati pemandangan
dari atas sini, pemandangan Taman Sari yang masih lengkap dengan danau
buatannya dan bunga-bunga yang semerbak mewangi.
|
0 komentar:
Posting Komentar